Apa itu zine? here we go. ‘zine’ sebenarnya adalah kependekan dari ‘magazine’ atau majalah. Dibacanya ‘ziin’ bukan ‘zain’, dimana konteks dan isinya tidak terdapat dalam majalah mainstream, atau bahasannya berbeda dengan majalah lainnya. Zine sendiri cukup umum dibelahan dunia sana, dan sekarang sedang berkembang disini. Biasanya zine memiliki penyebaran yang tidak terlalu luas dan pada umumnya diterbitkan secara independen. Sirkulasi pendistribusian suatu zine biasanya tidak besar, non komersil, tidak professional dimana para pembuatnya memproduksi, mempublikasikan dan mendistribusikannya sendiri.

Kebanyakan zine pada umumnya non-profit, bahkan kebanyakan zine biasanya lebih banyak kehilangan uang dibandingkan hanya sekedar balik modal. Dapat dikatakan sebagai proyek merugi yang menyenangkan, tapi pada dasarnya pula suatu zine adalah suatu produk amatir. Dalam dunia profesional istilah ini agak bergeser namun ‘keamatiran’ ini diterjemahkan oleh Mike Gunderloy, editor fanzine “factsheet five’ sebagai produk cinta: cinta akan ekspresi, cinta untuk berbagi dan cinta akan komunikasi, dimana media lainnya biasanya diproduksi untuk mencari keuntungan finansial atau satu prestise dalam publik. Zine keluar sebagai satu ekspresi protes kepada budaya dan lingkungan sosial yang menawarkan sedikit cinta. Zine juga dirilis sebagai satu bentuk kemarahan. Zine juga merupakan alat yang cukup ampuh untuk menyuarakan pendapat seseorang. Sebuah representasi seseorang tentang dirinya, komunitasnya dan hal-hal lain yang terkait. Zine juga memiliki halaman yang hanya 10 atau 40 halaman hingga 100 halaman.

Perkembangan paling signifikan dunia zine dimulai pada tahun 1930 di Amerika, ketika fans dari fiksi ilmiah (science fiction) melalui klub-klub yang mereka bentuk membuat suatu fanzine. Mereka memproduksi fanzine ini, mengisinya dengan cerita-cerita fiksi ilmiah dan komentar-komentar kritis dan tentunya berkomunikasi dengan dengan fans lainnya. Sekitar 40 tahun kemudian pada pertengahan tahun 70-an, pengaruh cukup signifikan juga datang dari fans punk rock. Pada saat itu media mainstream sama sekali mengacuhkan punk rock dan kemudian fans punk rock memilih untuk memproduksi sendiri zine tentang budaya dan komunitas mereka.

Salah satu zine yang krusial pada masa itu adalah Factsheet Five. Zine ini lebih merupakan zine info tentang zine lain, isinya mulai dari budaya, musik sampai politik. Sistem manajemen dan sirkulasi distribusi yang baik membuat zine ini dijadikan sumber informasi bagi orang-orang yang ingin mencari bacaan alternatif diluar media mainstream.

Maximum Rock n’ Roll atai MRR merupakan zine punk tertua di dunia. Setiap bulan zine ini memberikan info zine hardcore mancanegara dan manca budaya. Tim Yohannon, biasa dipanggil Tim Yo, mengkordinasikan hampir lebih 70 kontributor dan volunteer yang disebut ‘the shitworkers’. Malahan pada edisi Juli 1994 MRR memiliki 95 shitworkers yang bahu membahu secara kolektif untuk menghasilkan sebuah majalah punk dengan politik yang baik. Banyak kritikan yang ditujukan kepada MRR karena durasi eksistensinya yang lama. MRR sempat dituding sebagai ‘punk law’ atau ‘punk police’ karena opini yang dibuat MRR kemudian menjadi opini umum dalam komunitas. MRR disamakan dengan mainstream karena oplah dan pendistribusiannya yang cukup luas dan besar. MRR sebenarnya berawal dari sebuah acara underground di radio kemudian berkembang menjadi zine. Lewat tabungan yang mereka hasilkan, MRR kemudian mampu membuka epicenter sebuah space komunitas punk yang bernama Gilman Project, sebuah punk squad yang dirubah menjadi klub punk dan penerbitan yang bernama Pressure Drop Press. Pada tahun 1998 Rim Yo meninggal karena sakit, namun MRR tetap berjalan dengan zine kordinator yang berganti-ganti. Hal ini menunjukan bahwa sebuah zine sebenarnya mampu menjadi media komunikasi suatu komunitas (bahkan dengan komunitas lainnya). Zine juga mampu membuat jaringan hanya dengan inisiatif dan kordinasi yang baik hingga menjadi kuat dan terorganisir tanpa hirarki.

Di Indonesia sendiri, zine sedang berkembang dan dimotori oleh komunitas yang dapat dibilang bergerak secara underground (tidak disamakan dengan rock underground) dan juga yang paling menonjol sekarang adalah komunitas fans game dan japan animation/manga (umumnya berformat tabloid). Sebenarnya bentuk komunikasi tertulis ini sudah ada sebelumnya, hanya tidak terlalu signifikan berbentuk zine dan lebih banyak berupa news letter seperti news letter sastra, seni rupa, music underground dan agama. Namun memang jangkauannya hanya terbatas pada komunitasnya saja. Ada beberapa zine local seperti Mindblast, Brainwashed dan Revogram yang memfokuskan diri pada musik underground multi genre, The Beat tentang info dan acara di Bali, Ripple dengan hedonismenya, Sophia lewat pembahasan filosofinya, Kopi Pahit dengan wacana seni rupa, Terompet Rakyat dengan komik dan politik kiri dsb. Zine-zine tersebut memang tidak seluruhnya merupakan zine underground seperti yang biasanya (seperti membahas music death metal, punk dll), tetapi masih dapat dikategorikan sebagai zine independen, underground in a way.

Pendistribusian zine-zine lokal sangat bergantung pada komunitasnya. Seperti zine underground yang didistribusikan lewat distro atau mail order, zine game pada counter game rental, atau toko buku non-profit seperti pasar buku. Namun karena zine ini sangat terbatas maka pendistribusiannya tidak dapat mencakup semua wilayah di Indonesia. Di Indonesia sendiri tidak terbiasa dengan mengungkapkan opini sejak dini hingga perkembangan zine sebenarnya terlambat dibandingkan dengan negara di kawasan Asia lainnya. Malyasia dan Singapura memiliki zine-zine underground yang berkualitas dan kadang diproduksi oleh anak usia antara 12-17 tahun. Tentunya akan menjadi lebih menyenangkan melihat anak SMP-SMA membuat zine yang berisi hal-hal yang mereka sukai. Hal tersebut dapat membantu perkembangan kreativitas, apalagi pembuatan zine terbilang mudah. Dari yang hanya tulisan tangan sampai menggunakan layout komputer.

Pada akhirnya zine dengan segala keterbatasannya dan bahkan dengan segala kontradiksinya menawarkan sesuatu yang sangat penting bagi orang yang membuat dan menikmatinya, yakni sebuah tujuan. Dalam bayangan budaya dominan, zine dan budaya underground telah menemukan sebuah lahan bebas; sebuah lahan yang dapat dipergunakan untuk mengembangkan imajinasi dan eksperimen dengan pemikiran-pemikiran yang lebih baru dan ideal, serta komunikatif. Ideal-ideal underground seperti otensitas dan kehidupan non instrumental menawarkan sebuah tantangan yang berbeda terhadap lingkungan modern. Zine merupakan harapan yang yang memungkinkan pembuat dan pembacanya untuk bergerak, tidak statis dan tiap partisipasi dalam suatu zine adalah menyenangkan. Mungkin terlalu berlebihan untuk dapat merubah dunia, tapi untuk mencoba akan selalu menyenangkan.

Ada beberapa kategori dan klasifikasi zine, dari mulai tema atau isu yang diangkat oleh suatu zine :

  • Fanzine, merupakan bentuk zine yang paling besar dan paling tua, dan banyak pula yang mengatakan bahwa suatu zine adalah fanzine. Fanzine adalah media yang merepresentasikan ketertarikan suatu komunitas terhadap suatu genre budaya. Ada beberapa sub kategori yang terdapat pada fanzine. Fiksi ilmiah dimulai pada tahun 1930-an, publikasi dari dan untuk penggemat fiksi ilmiah dan merupakan zine pertama. Walau sekarang jumlahnya sedikit namun eksistensinya merupakan yang paling solid dalam dunia zine.
  • Musik, biasanya lebih fokus pada suatu band, individu musisi atau suatu genre tertentu. Kebanyakan zine ini adalah zine punk arau alternative. Zine ini jenis yang paling besar di dunia.
  • Olah raga, tidak terlalu populer kecuali di Inggris dimana sepakbola merupakan kegemaran yang umum sehingga banyak zine tentang sepakbola dan tim favorit. Di Amerika zine olah raga yang umum adalah baseball, surfing, skateboard dan gulat bebas.
  • Televisi dan film, memfokuskan diri pada entertainment yang popular maupun tidak.
  • Game, populer pada era 90-an, sejak game dari Nintendo atau Sony merajai dunia video game. Biasanya terdapat review mengenai game baru dan tips permainan.
  • Zine politik, kategori yang ada pada pada zine politik secara tradisional seperti anarkisme, sosialisme, liberalian, fasis dan juga kategori identitas seperti feminism. Ada juga dengan unsur politik yang mengandung kritik politik atau budaya sebagai fokus bahasan.
  • Zine komunitas (scene zine), menyangkut informasi dan berita dari komunitas tertentu.
  • Zine jaringan, kategori ini mengkonsentrasikan zine pada review dan publikasi zine, music, seni rupa, dan segala kultur underground.
  • Zine fringe culture, teori-teori konspirasi dan tema-tema seperti UFO, serial killer. Hamper seperti tabloid hanya lebih dalam pembahasannya dengan kualitas intelektual yang lebih dan kadang humor.
  • Zine religious, focus pada ketertarikan suatu agama atau hal spiritual. Termasuk paganism, satanisme dan lain-lain.

Sebenarnya masih banyak zine yang lainnya, namun yang disebutkan tadi merupakan contoh yang umum.

Sedangkan yang berkembang sekarang adalah e-zines atau electronic zines. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, e-zines merupakan salah satu alternatif yang handal untuk menyebatkan informasi. Namun banyak kalangan menganggap hal tersebut tidak akan membunuh bentuk zine konvensional yaitu cetakan, karena pendistribusiannya akan terbatas.

*Disadur dari buku “Notes from Underground: Zines and Politics of Alternative Culture, World Zines dan juga berdasarkan pengamatan pribadi terhadap zine local.

Penulis: Arian Tigabelas
Sumber: Majalah Trolley edisi Januari tahun 2002 (Disalin ulang oleh Addy Handy)