Senin, 13 Agustus 2007

Industri kreatif di Bandung berkembang relatif pesat dibandingkan dengan kota-kota lain, khususnya produk fashion. Kreativitas produk fashion yang dipasarkan mampu sejajar dengan merek dari luar negeri. Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Barat Agus Gustiar, Minggu (12/8) di Bandung, mengatakan, hasil penelitian British Council, Bandung memiliki semua syarat untuk mengembangkan industri kreatif, baik dari sumber daya manusia maupun keragaman budayanya.

Perkembangan industri kreatif di Bandung sangat dipengaruhi unsur seni, desain, pengetahuan, dan intelektual pelakunya. Industri kreatif fashion ini sudah menjadi ikon Kota Bandung“, ujar Agus.

Menurut Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah Departemen Perindustrian Sakri Widhianto, Kota Bandung menjadi pelopor dalam industri produk fashion di Indonesia. Industri kreatif fashion di Bandung sudah sejak tahun 1970-an. Kekuatan utama industri kreatif adalah desain, keragaman bahan baku, kekhususan merek, dan keunikan produk.

Saat itu produknya berupa kaus dengan ragam warna yang berani. Namun, tahun 1980-an terjadi penurunan produktivitas. Selanjutnya mulai pertengahan tahun 1990-an, industri kreatif muncul kembali dengan desain dan kreativitas produk yang lebih beragam dan berkualitas.

Sakri menambahkan, saat ini jumlah distribution store (distro) dan clothing di Indonesia sudah mencapai 750 unit, 300 unit di antaranya di Bandung. Padahal, kurang dari 10 tahun lalu jumlahnya hanya enam unit usaha. Oleh sebab itu, pemerintah serius menanggapi pengembangan industri kreatif fashion yang umumnya dimotori wirausaha muda berusia 20-30 tahun.

Salah satunya dengan pembinaan agar mampu menembus pasar ekspor. “Diupayakan agar produk distro bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri, dan memiliki peluang ekspor“, kata Sakri, saat membuka Kick Fest, Jumat.

Dalam pembukaan Kick Fest, Gubernur Jabar Danny Setiawan mengatakan, Bandung merupakan salah satu kota yang mampu membangun dan mengembangkan usaha dan industri fashion. Hal itu didukung keberadaan industri tekstil dan ritel distribusinya, yaitu distro dan factory outlet (FO).

Mengenai peluang ekspor, menurut Ketua Kamar Dagang Industri Indonesia (Kadin) Jabar Iwan Dermawan Hanafi, produk fashion asal Bandung dan kota lainnya bisa menembus pasar ekspor. Terlebih, apabila pameran bisa digelar rutin dan mengundang pembeli dari negara lain. Peluang pasar ekspor adalah Asia, bahkan ke Eropa.

Oleh karena itu, Iwan menambahkan, fasilitas yang perlu disediakan pemerintah daerah dan pusat adalah promosi dan menyelenggarakan pameran khusus produk fashion kreatif secara rutin.

Agus menambahkan, merek-merek clothing asal Bandung sudah banyak dilirik konsumen luar negeri. Karena itu, semua pihak, baik pemerintah maupun pelaku industri kreatif fashion di Bandung, perlu terus mempromosikannya.

Dari hasil pameran Kick Fest yang diselenggarakan tiga hari, Ketua Kick Fest Fiki Chikara Satari mengatakan, animo masyarakat sangat besar. Terbukti, pengunjung mencapai 300.000 orang, dengan total omzet dari 107 stan mencapai Rp 3 miliar. “Rata-rata, setiap stan omzetnya Rp 10 juta-Rp 40 juta per hari. Nilai Rp 3 miliar itu bisa lebih besar“, ujar Fiki. (THT)

Sumber: Kompas