Rabu, 19 Desember 2007

Bandung, Rabu – Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB), Prof Djoko Santoso, menyatakan pemerintah sudah selayaknya mengembangkan industri kreatif pada 2008 untuk memperkuat struktur ekonomi dan sistem industri nasional. “Potensi untuk mendukung peningkatan industri nasional di negara kita ini cukup banyak, salah satunya industri kreatif itu. Jika dikembangkan setidaknya industri nasional kita tidak akan tergantung pada kepemilikan modal asing“, ujar Djoko, di Bandung, Rabu (19/12).

Industri kreatif merupakan industri yang tidak terbatas pada satu jenis produk tertentu, seperti karya desain, film, musik, piranti lunak (software), media elektronik, penerbitan, periklanan, arsitektur, seni dan budaya, serta industri multimedia.

Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan pada tahun 2006, setiap tahun industri kreatif mampu menyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) nasional secara signifikan dengan rata-rata pertumbuhan mencapai 15 persen. Perkembangan industri tersebut telah menyokong 33,5 persen total angka PDB yang setara dengan Rp 693 triliun.

Menurut Djoko, pada sejumlah negara di kawasan Uni Eropa, industri kreatif senantiasa dikembangkan dan menjadi salah satu penerima tenaga kerja terbesar. Di Inggris serta di Australia, lanjut Djoko, industri tersebut menjadi penyumbang terbesar terhadap perolehan pendapatan PDB setempat.

Djoko menyatakan, pengembangan industri tersebut akan menjadi sektor ekonomi potensial yang mampu menyerap serta memanfaatkan tenaga kerja muda pada berbagai bidang secara menyeluruh, apabila dikelola dan dikembangkan secara mandiri memanfaatkan berbagai potensi nasional. “Industri kreatif pada dasarnya mengembangkan tiga pilar utama sebagai modal awal, yakni kreativitas sumber daya manusia, inovasi serta semangat kewirausahaan“, demikian pendapat Rektor ITB. (ANT/IMA)

Sumber: Kompas Cyber Media